Genta Pembaruan – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) terpilih, Emanuel Melkiades Laka Lena, memberi pencerahan politik yang sangat penting bagi pelaku dan pemerhati politik di NTT.
Ketika pertama kali menyapa anggota tim pemenangan daerah, kelompok relawan dan pendukungnya di Kota Kupang, Kamis (5/12/2024) malam, politisi yang karib dipanggil Melki mengatakan, pertemuan itu merupakan titik kegiatan ketiga dalam sehari, setelah menuntaskan agenda kunjungan di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Kupang.
Mendengar pernyataan itu, banyak hadirin menggelengkan kepala sambil tersenyum. Mereka heran Melki mengunjungi TTS, sementara di sana pasangan Melki – Johni kalah telak.
Melki menjelaskan, di TTS pihaknya hanya meraih suara pemilih sebanyak 13 persen lebih atau hampir setara 24 ribu suara. Kendati demikian, dia mengungkapkan, terdapat tempat pemungutan suara (TPS) di salah satu desa yang menyatakan pasangan Melki – Johni menang dominan dengan 512 suara, mengungguli Ansy – Jane yang mendapat dua suara serta Simon Petrus Kamlasi yang perolehan suaranya putus di angka 15.
“Dari 22 kabupaten, suara kita di TTS yang paling rendah yakni 13 presen lebih. Tapi unik di TTS, ada satu TPS yang kita menang mutlak dengan 512 suara. Kerja tim di desa tersebut sangat bagus,” ujarnya disambut tepukan tangan hadirin yang kagum dengan penjelasan itu.
Melki teguh menyatakan, kemenangannya bersama Johni Asadoma di pemilihan gubernur (Pilgub) NTT adalah rencana Tuhan. Kemenangan itu dia persembahkan untuk semua rakyat NTT tanpa memandang yang memilih atau tidak memilih. Melki juga mantap menyebut kemenangan Pilgub adalah awal dari sebuah pekerjaan.
“Ini semua rencana Tuhan.”
“Beberapa hari yang lalu Pak Ansy telepon. Setelah bertukar kabar, Pak Ansy memberi ucapan selamat. Begitu juga dengan Pak Simon Petrus Kamlasi, beliau mengakui kemenangan kita ketika bicara ke media di kantor Nasdem.”
“Kemenangan ini persembahan untuk rakyat NTT, tidak peduli yang pilih atau tidak pilih. Ini awal dari sebuah pekerjaan besar untuk membangun NTT,” katanya.
Dalam pertemuan itu, Melki turut menegaskan bahwa setelah dilantik, dia dan pasangannya akan menempatkan orang-orang berkualitas untuk mengisi jabatan birokraksi termasuk di Bank NTT dan BUMD.
“Tidak boleh ada politik yang aneh-aneh masuk dalam penempatan jabatan. Kita pilih yang terbaik dari semua latar belakang suku, agama yang ada di nusantara. Birokrasi kita harus birokrasi yang mencerminkan keanekaragaman Indonesia.”
“Untuk Bank NTT dan BUMD, yang urus harus kaum profesional. Sebagai urat nadi ekonomi NTT, tidak boleh juga ada politik aneh-aneh masuk. Akan ada tim independen yang memilih orang-orang terbaik.”
Melki membuka ruang bagi siapa saja yang merasa diri mampu, baik dari tim sukses maupun bukan tim sukses untuk mengikuti proses seleksi dengan benar. Dia menyatakan, pihaknya akan memilih yang terbaik dan profesional bukan karena balas jasa atau menolak karena ada unsur balas dendam.
Ajhar Jowe (35) warga Kota Kupang memberikan apresiasi untuk niat baik yang dilontarkan Melki Laka Lena. Menurut dia, gagasan yang disampaikan Gubernur terpilih itu, tidak sekedar menjadi pencerahan politik tetapi merupakan cara menolak rancune politiek.
“Gubernur terpilih NTT seorang negarawan yang sudah melampaui sosok politisi sejati. Gagasan dan pemikirannya itu bersebrangan dengan rancune politiek atau politik balas dendam,” kata Ajhar kepada Genta Pembaruan.
Dia memiliki kesan tersendiri terhadap Melki. Baginya, Melki adalah contoh pemimpin yang menjadi teladan karena mampu merangkul semua pihak, baik pendukung maupun lawan, untuk menciptakan harmoni pasca-pemilu.
Pikir Ajhar, mengunjungi TTS adalah bukti Melki mampu membuka dialog dengan semua kelompok, termasuk lawan politik sebagai bentuk rekonsiliasi yang tulus sekaligus mencegah ketegangan politik yang berkepanjangan.
“Merangkul lawan politik adalah langkah pertama yang tepat. Sebagai pemimpin terpilih, Melki menunjukkan sikap besar hati dengan mengajak semua pihak berkolaborasi. Mengakui kontribusi lawan dalam demokrasi adalah cara membangun iklim politik yang sehat,” kata Ajhar ketika ditemui pasca pertemuan di Restoran Celebes Kupang.
Ajhar juga memuji rencana Melki – Johni membangun tata kelola pemerintahan provinsi NTT berbasis profesionalitas.
“Pemimpin harus memilih pejabat berdasarkan kompetensi dan integritas, bukan sekadar loyalitas politik. Dengan demikian, pemerintahan dapat berjalan efektif tanpa ada kesan politisasi jabatan,” tutupnya.

